4 Kemandirian anak
Anak Perlu Belajar Mandiri
SECARA alamiah, anak sebenarnya cenderung untuk belajar
memiliki kemandirian. Ia berusaha menyuapi diri sendiri, meniru kita
memasak, pakai sepatu atau pakai baju sendiri, meskipun masih terbalik.
Ini semua merupakan kecenderungan awal yang apabila memperoleh
kesempatan dari orangtua menjadikan anak memiliki kemandirian, secara
luas maupun terbatas. Lebih-lebih jika orangtua memberi dukungan kepada
anak untuk melakukan berbagai hal, termasuk yang masih relatif sulit,
secara mandiri.
1. Kemandirian dalam Keterampilan Hidup
memberi kesempatan. Bukan melatih. Anak secara alamiah memang cenderung
berusaha belajar melakukan berbagai keterampilan hidup sehari-hari
secara mandiri, semisal makan. Jika kita mengizinkan anak melakukan
berbagai aktivitas hidup sehari-hari tersebut secara mandiri, lambat
laun akan terampil. Yang kita perlukan hanyalah kesediaan mendampingi
sehingga anak tidak melakukan terlalu banyak kesalahan
2. Kemandirian Psikososial
Bertengkar itu tidak baik. Tetapi menghentikan pertengkaran begitu saja,
menjadikan anak kehilangan kesempatan untuk belajar menyelesaikan
konflik. Kita memang harus menengahi dan adakalanya menghentikan. Tetapi
kita juga harus membantu anak menggali masalanya, merunut sebabnya dan
menawarkan jalan keluar kepada anak, baik dengan menunjukkan berbagai
alternatif tindakan yang dapat diambil maupun menanyakan kepada anak
tentang apa saja yang lebih baik untuk dilakukan.
3. Kemandirian Belajar
sikap positif, kemauan yang kuat, dorongan untuk membaca dan bangga
dengan kegiatan tersebut. Jika anak memiliki kemauan yang kuat untuk belajar disertai keyakinan
(bukan hanya paham) bahwa belajar itu penting, maka kita dapat berharap
anak akan cenderung menjadi pembelajar mandiri saat mereka memasuki
usia 10 tahun. Mereka memiliki semangat yang semakin menggebu.
Sebaliknya jika kita hanya mengajari mereka berbagai kecakapan belajar
semisal membaca dan berhitung, maka usia 10 tahun justru menjadi titik
balik.
4. Kemandirian Emosional
pengenalan diri yang diikuti dengan penerimaan diri. Ini memerlukan peran orangtua dalam mengajak anak untuk mengenali kelebihan-kelebihan, kekurangan, kemampuan dan kelemahannya sendiri. Pada saat yang sama orangtua menunjukkan penerimaan terhadap kekurangan maupun kelemahan anak, tetapi bukan berarti membiarkan anak melemahkan dirinya sendiri.
LPGTK - Tadika Puri
Daftar Isi [Tutup]
0 Komentar
Posting Komentar